Minggu, 14 Mei 2017

Kelas Inspirasi Belitung


"Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi akan menang. Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu." - R.A. Kartini.


Pertama kali mengetahui tentang pendaftaran Kelas Inspirasi (KI) Belitung saya langsung tertarik untuk ikut serta, kenapa? Karena saya merasa terpanggil sebagai putri daerah Bangka Belitung untuk turut serta berperan dalam dunia pendidikkan di kampung halaman. Kedua orangtua berasal dari Pangkalpinang, Bangka yg merupakan ibu kota provinsi Kepulauan Bangka Belitung walaupun saya dari lahir tinggal di Jakarta. KI Belitung ini terpusat di daerah Membalong, yg nama daerahnya pun baru saya dengar kala itu, di suatu kecamatan di Kabupaten Belitung dengan jarak tempuh sekitar 1,5 jam dari kota Tanjung Pandan, medan menuju lokasi ini pun harus keluar masuk jalan yg sepi, hutan, kebun, pohon-pohon besar, dan ada beberapa titik jalan yg rusak.

Di KI Belitung ini saya mendapat tugas di SD Negeri 5 Membalong bersama 14 relawan lainnya:
Yovie Agustian Putra (Pengaman Pemasyarakatan Kelas IIB Tanjung Pandan, sekaligus koordinator umum KI Belitung dan ketua kelompok)
Eka Fitriana (Fasilitator/Guru)
Aditya (Failitator/petugas survei BPS)
Eko Heppy Sulistio (PNS)
Yulita Destiarani (Staff Ahli DPRD Belitung)
Akmal Hadian (Insinyur)
Monica Pasaribu (Sales Engineer)
Luna Febriani (Dosen)
Melly Susanti (Pemandu Wisata)
Enggi Savitri (Insinyur Teknik Perminyakkan)
Febri Satria Yazid (Wirausaha)
Herman Sujono (Guru olahraga)
Ganjar Pradana (Fotografer dan Videografer)
Monic (Fotografer)

Para relawan yang berasal mayoritas dari Jakarta, Bandung dan Belitung. Rangkaian kegiatan KI, dimulai dengan pembentukkan grup di Whatsapp untuk melakukan perkenalan sesama relawan dan melakukan virtual meeting tentang teknis pelaksaan dari sebulan sebelum hari inspirasi di laksanakan. Kemudia briefing dilakukan sehari sebelum hari inspirasi yakni tanggal 21 April 2017 yang bertujuan untuk melakukan pengarahan teknis hari inspirasi semua relawan, yang merupakan hari pertama kita bertatap muka langsung dengan para relawan, lalu hari inspirasi pada 22 April 2017 yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi siang harinya.Hari Inspirasi yg bertepatan pada hari sabtu di mulai dengan chicken dance bersama seluruh relawan, guru dan para siswa yg berjumlah 79 orang (6 kelas), angka yg cukup kecil ya, kalau di daerah kota besar 79 mungkin jumlah 2 kelas aja ya :(


Daerah Membalong ini memang cukup tinggi angka putus sekolah, latar belakang para orang tua yang mayoritas nelayan dan berkebun sahang (lada) membuat anak-anak setelah lulus pendidikkan menengah untuk bekerja mengikuti jejak orang tua mereka ataupun menikah muda sehingga mengesampingkan pendidikkan menjadi tantangan tersendiri untuk para relawan.


Ada cerita menarik juga, ibu kepala sekolah, ibu Sumiati, S.Pd.SD juga sangat semangat mengajar, beliau tinggal di Pulau Seliu sebuah pulau kecil yang berada di luar pulau Belitung dan harus menyebrang dengan perahu dengan jarak tempuh sekitar nyaris satu jam perjalanan laut dan beberapa km menuju sekolah dengan kendaraan darat, jika ingin ke sekolah dan aktivitas seperti ini beliau lakukan setiap hari dan pulang pergi. Salut!

Metode pengajaran tendem 2 pengajar dalam 1 kelas sedangkan jumlah siswa yg hanya belasan perkelas lumayan menantang juga yah..
Pertama mengajar di kelas 3 bersama kak Melly, ada suatu hal yg menarik ketika saya role play cara melipat kertas puyer dan meracik obat, ada seorang siswa laki-laki yang hanya menyimak namun sepertinya agak kesulitan untuk memahami apa yg saya maksud, ia hanya melihat saya dengan pandangan mata lirih. Ketika saya menghampirinya ternyata dia Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), agak kaget juga ya ada ABK yang bersekolah di sekolah umum.

Ini merupakan kali pertama saya berinteraksi langsung dengan anak istimewa di kelas,Tanpa persiapa dan informasi sebelumnya lalu saya menjelaskan dengan bahasa isyarat dan tulisan, namun sepertinya ia agak sulit juga membaca, ketika saya bertanya "Apa cita-cita mu?" Ia hanya menatap mencoba membaca gerakan bibir saya namun tetap kesulitan berkomunikasi. 

Ketika saya mencoba konfirmasi dengan pihak sekolah didapatkan info karena kendala ekonomi dan jarak maka ia terpaksa untuk bersekolah umum, karena SLB hanya ada 1 di pulau Belitung yaitu di Tanjung Pandan, tetapi pihak sekolah sudah cukup baik menangani siswa ini. Memang butuh perhatian dan kesabaran lebih. Terus berjuang ya Nak, bu Marisa dan rekan-rekan relawan sudah berbicara dengan Bapak Bupati Belitung terkait keadaan sekolah. Semoga segera ada tindak lanjut yaa..

Setelah mengajar di kelas lain, cukup aman terkendali dan memang mayoritas cita-cita anak-anak belum terlalu beragam, kebanyakkan mereka ingin menjadi pemain bola dan guru. Kehadiran para inspirator semoga dapat membuka pandangan anak-anak tentang banyaknya pilihan masa depan di dunia, dunia di luar Membalong :)



Tapi KI Belitung ini memang beda bgt dari KI kota lainyg sudah saya ikuti sebelumnya. KI Belitung kompaaaaaaak bgt, para pemuka masyarakat sampai pejabatnya turut serta dalam kegiatan ini, dari guru hingga Bupati bapak H. Sahani Shaleh, S.Sos turut serta mendukung kegiatan ini, di akhir acara bapak bupati menyempatkan diri untuk bergabung bersama kami untuk memberi inspirasi tentang perjalanan hidup bapak sehingga bisa menjadi Bupati seperti sekarang ini, sekaligus menjadi ajang untuk mengutarakan keadaan sekolah dengan ABK yg bersekolah umum, dan ibu kepala sekolah yg harus menerjang ombak setiap harinya untuk ke sekolah. 

Kegiatan refleksi pun juga menggembirakan apak bupati dan semua kepala sekolah di Membalong ikut serta, ya semua kepala sekolah, waaupun sekolahnya tidak ikut serta tetapi mereka tetap memberikan dukungan. Top lah..
Dan setelah sambutan dari berbagai pihak, diadakan pula pertunjukkan Campak Darat (pertunjukkan musik melayu Belitung dengan irama berbalas pantun) dan drama Dul Mulok (drama kolosal) dimana di akhir acara para relawan ikut joget bersama. Wah, totally happy!

"Bukan saya yg menginspirasi mereka, tapi mereka dan sekolah ini yang mengispirasi dan membuka pandangan baru tentang kehidupan" Zania Marisa - Relawan Inspirator